Minggu, 08 Mei 2011

batik tulis asli dari bentar family

 
A.     JUDUL
" MITRA BATIK MEMPERBANYAK PEMBUATAN BATIK LATAR PUTIH SEBAGAI CIRI KHAS KABUPATEN BREBES"

B.     LATAR BELAKANG MASALAH
Batik (atau kata Batik) berasal dari bahasa Jawa “amba” yang berarti menulis dan “titik”. Kata batik merujuk pada kain dengan corak yang dihasilkan oleh bahan “malam” (wax) yang diaplikasikan ke atas kain, sehingga menahan masuknya bahan pewarna (dye), atau dalam Bahasa Inggrisnya “wax-resist dyeing”.
Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga di masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan. Jenis dan corak batik tradisional tergolong amat banyak, namun corak dan variasinya sesuai dengan filosofi dan budaya masing-masing daerah yang amat beragam. Khasanah budaya Bangsa Indonesia yang demikian kaya telah mendorong lahirnya berbagai corak dan jenis batik tradisioanal dengan ciri kekhususannya sendiri.
Ragam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga pada akhirnya, para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh orang Tionghoa, yang juga mempopulerkan corak phoenix. Bangsa penjajah Eropa juga mengambil minat kepada batik, dan hasilnya adalah corak bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal (seperti bunga tulip) dan juga benda-benda yang dibawa oleh penjajah (gedung atau kereta kuda), termasuk juga warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru. Batik tradisonal tetap mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing.
Teknik membatik telah dikenal sejak ribuan tahun yang silam. Tidak ada keterangan sejarah yang cukup jelas tentang asal usul batik. Ada yang menduga teknik ini berasal dari bangsa Sumeria, kemudian dikembangkan di Jawa setelah dibawa oleh para pedagang India. Saat ini batik bisa ditemukan di banyak negara seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, India, Sri Lanka, dan Iran. Selain di Asia, batik juga sangat populer di beberapa negara di benua Afrika. Walaupun demikian, batik yang sangat terkenal di dunia adalah batik yang berasal dari Indonesia, terutama dari Jawa.
Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta.
Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia ( Jawa ) yang sampai saat ini masih ada. Batik juga pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden Soeharto, yang pada waktu itu memakai batik pada Konferensi PBB.
Kesenian batik merupakan kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluarga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing.
Dalam perkembangannya lambat laun kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga istana, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria.
Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri. Sedang bahan-bahan pewarna yang dipakai terdiri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari : pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanah Lumpur.
      Namun perkembangan yang signifikan diperkirakan terjadi setelah perang besar pada tahun 1825-1830 di kerajaan Mataram yang sering disebut dengan perang Diponegoro atau perang Jawa. Dengan terjadinya peperangan ini mendesak keluarga kraton serta para pengikutnya banyak yang meninggalkan daerah kerajaan. Mereka kemudian tersebar ke arah Timur dan Barat. Kemudian di daerah - daerah baru itu para keluarga dan pengikutnya mengembangkan batik.
Ke timur batik Solo dan Yogyakarta menyempurnakan corak batik yang telah ada di Mojokerto serta Tulungagung hingga menyebar ke Gresik, Surabaya dan Madura. Sedang ke arah Barat batik berkembang di Banyumas, Kebumen, Tegal, Cirebon, Pekalongan dan Brebes. Dengan adanya migrasi ini, maka batik Brebes yang telah ada sebelumnya semakin berkembang.
Seiring berjalannya waktu, Batik Brebes mengalami perkembangan pesat dibandingkan dengan daerah lain. Di daerah ini batik berkembang di sekitar daerah pantai, yaitu di daerah Brebes.
Perkembangan budaya teknik cetak motif tutup celup dengan menggunakan malam (lilin) di atas kain yang kemudian disebut batik, memang tak bisa dilepaskan dari pengaruh negara-negara itu. Ini memperlihatkan konteks kelenturan batik dari masa ke masa.
Batik Brebes menjadi sangat khas karena bertopang sepenuhnya pada puluhan pengusaha kecil, bukan pada segelintir pengusaha bermodal besar. Sejak berpuluh tahun lampau hingga sekarang, sebagian besar proses produksi batik Brebe dikerjakan di rumah-rumah. Akibatnya, batik Brebes menyatu erat dengan kehidupan masyarakat.
Desa Bentar dan desa Bentarsari, kecamatan Salem, kabupaten Brebes adalah sebuah desa yang terletak di ujung selatan kabupaten Brebes. Secara geografis wilayah ini letaknya di sebuah lembah pegunungan, beriklim trofis, dan bertanah subur sehingga sangat cocok digunakan untuk lahan pertanian.
Secara ekonomi Masyarakat Salem khususnya Salem Utara desa Bentar dan desa Bentarsari kehidupannya untuk menambah pendapatan keluarga, mereka mengembangkan kerajinan tangan yaitu membuat batik tulis tangan yang merupakan asli kerajinan turun temurun warisan nenek moyang.
Batik adalah hand made dengan cara gambar, motif dan corak yang ditorehkan pada kain mori, sutra maupun serat alam dengan menggunakan malam (wax ) dengan canting (ditulis), dicap dan dapat pula dibantu dengan kuas. Kain bergambar tersebut kemudian diberi warna melalui pencelupan memakai rendaman aneka ragam tanaman (pewarna alam) dan pewarna kimia (sintesis) setelah dicelup dan dijemur, kain direbus atau di k’erok sehingga lapisan malam hilang dan kain menjadi jelas dan indah
 Batik Salem adalah batik tulis tangan yang diproduksi asli oleh masyarakat Kecamatan Salem bagian Utara khususnya Desa Bentar, Bentarsari dan Desa Ciputih dan sekitarnya. Secara geografis wilayah ini letaknya disebuah lembah pegunungan, yang di apit oleh dua buah pegunungan diantaranya di sebelah utara yaitu pegunungan Kumbang, dan wilayah paling selatan terdapat lagi sebuah pegunungan kecil wilayah ini juga sebagai perbatasan wilayah kabupaten Cilacap dengan Kabupaten Brebes.

 
C.     Pengertian batik, batik alem, dan Tujuan membatik
1.      Pengertian batik
Batik (atau kata Batik) berasal dari bahasa Jawa “amba” yang berarti menulis dan “titik”. Kata batik merujuk pada kain dengan corak yang dihasilkan oleh bahan “malam” (wax) yang diaplikasikan ke atas kain, sehingga menahan masuknya bahan pewarna (dye), atau dalam Bahasa Inggrisnya “wax-resist dyeing”.
Arti kata batik para sarjana ahli seni rupa, baik yang berkebangsaan Indonesia maupun yang bangsa asing, belum mencapai kata sepakat tentang apa sebenarnya arti kata batik itu.   Ada yang mengatakan bahwa sebutan batik berasal dari kata tik yang terdapat di dalam kata titik.  Titik berarti juga tetes.  Memang di dalam membuat kain batik dilakukan pula penetesan lilin di atas kain putih.  Ada juga yang mencari asal kata batik di dalam sumber-sumber tertulis kuno.  Menurut pendapat ini, kata batik dihubungkan dengan kata tulis atau lukis.  Dengan demikian, asal mula batik dihubungkan pula dengan seni lukis dan gambar pada umumnya.  Bagainmana cara membuat batik itu.
Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga di masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan. Jenis dan corak batik tradisional tergolong amat banyak, namun corak dan variasinya sesuai dengan filosofi dan budaya masing-masing daerah yang amat beragam. Khasanah budaya Bangsa Indonesia yang demikian kaya telah mendorong lahirnya berbagai corak dan jenis batik tradisioanal dengan ciri kekhususannya sendiri.
Batik adalah hand made dengan cara gambar, motif dan corak yang ditorehkan pada kain mori, sutra maupun serat alam dengan menggunakan malam (wax ) dengan canting (ditulis), dicap dan dapat pula dibantu dengan kuas. Kain bergambar tersebut kemudian diberi warna melalui pencelupan memakai rendaman aneka ragam tanaman (pewarna alam) dan pewarna kimia (sintesis) setelah dicelup dan dijemur, kain direbus atau di k’erok sehingga lapisan malam hilang dan kain menjadi jelas dan indah (Uji, 11/09/07).
2.      Batik Salem
Batik Salem adalah batik tulis tangan yang diproduksi asli oleh masyarakat Kecamatan Salem bagian Utara khususnya Desa Bentar, Bentarsari dan Desa Ciputih dan sekitarnya. Secara geografis wilayah ini letaknya disebuah lembah pegunungan,yang di apit oleh dua buah pegunungan diantaranya di sebelah utara yaitu pegunungan Kumbang, dan wilayah paling selatan terdapat lagi sebuah pegunungan kecil wilayah ini juga sebagai perbatasan wilayah kabupaten Cilacap dengan Kabupaten Brebes.
Menurut saya batik yang terbaik yang pernah di buat di dunia adalah batik Indonesia. Saya adalah orang yang sangat appreciate akan heritage dan art. Batik mempunyai unsur semua itu. Orang Indonesialah yang mempunyai kesabaran untuk membatik berbulan bulan dan menghasilkan mahakarya yang indah dan halus. Saya belum lihat negara lain melakukan hal yang sama.
 3.      Tujuan membatik
Sekarang sebagai penerus perjuangan keluarga warisan ini mulai diturunkan pada anak – anak pengembang dari Mitra Batik diantaranya adalah sebagai penjual batik di daerah Kota Semarang dan Purwokerto hal ini dilakukan agar batik khas Brebes itu dapat meresap dan dikenal baik di tingkat Jawa Tengah maupun Nasional.
Harapan saya sebagai generasi penerus batik ( Mitra Batik ) ada banyak penampung batik saya agar batik Salem ini menjadi maju dan banyak yang suka membelinya dan harapan saya yang terakhir adanya hubungan Pemerintahan dengan pengusaha kecil ini agar mendapat perhatian baik dukungan dana maupun dukungan untuk hak cipta kreasi batik anak nasional.
Saya mengkoleksi dan juga coba mempelajari secara otodidak melalui buku2 batik yang ada dan juga belajar dari orang yang lebih jago. Saya tertarik dengan batik dan coba melihat keunikan masing2. Saya juga mengkoleksi batik batik antik yang sudah berpuluhan tahun dan beberapa ada yang seratus tahun umurnya.

D.     Sejarah batik desa Bentar, Kec.Salem, Kab.Brebes Dan Pentingnya budaya batik nasional
1.      Sejarah batik desa Bentar, Kec.Salem, Kab.Brebes
Kerajinan batik tulis tangan merupakan salah satu mata pencaharian yang ada di wilayah Salem utara yang sudah ada sejak masa penjajahan Belanda. Setelah penjajah Belanda masuk ke Indonesia Batik Salem sudah ada yang merintis yaitu nenek moyang yang berasal dari Yogya, menurut sejarah pada tahun 1920-an mereka datang ke Salem desa Bentarsari untuk mengamankan diri dari serangan penjajah kemudian menetap dan menjadi penduduk asli setempat. Selama tinggal di Bentarsari mereka mengajarkan membuat batik kepada masyarakat sekitar terutama ibu-ibu, yang menjadi binaan nenek moyang dari kota yogya dan kota tegal yaitu: ibu rukir’at, ibu sarsi, ibu makmun, ibu noni, ibu darsiah, rati’ah, ibu darki’ah, ibu tasni. Adapun motif batik yang mereka ajarkan pada saat itu masih sangat klasik (kuno) seperti  motif batik ukel, batik kopi pecah, batik manggar, dan batik giringsing. Pada waktu itu masyarakat belum dapat mengembangkan motif batik yang lain selain motif-motif yang telah mereka pelajari sebelumnya.
Pada tahun 1925 munculah pelopor pembatik baru yang berasal dari Tegal yaitu Mbah Breden yang bekerja di kantor Kecamatan Salem, beliau mempunyai anak yang bernama Idi dan Khatijah yang sama-sama pintar membuat batik lalu mereka mengajarinya kepada masyarakat sekitar terutama untuk ibu-ibu dengan bahan seadanya, sangat sederhana dengan bahan pewarna dari alam seperti soga nila cangkudu, soga kulit godog, dan rempah-rempah seperti daun Kamandika dan daun Tarum, kunir, batang pohon cengkudu, kulit pohon mahoni dan masih banyak yang lainnya yang banyak ditanam oleh masyarakat Bentarsari dan sekitarnya.
Dari tahun ke tahun batik tulis tangan yang telah mereka ajarkan terus mengalami peningkatan baik dari segi kwalitas, warna, maupun motif batik. Terbukti dengan ditemukanya tempat produksi pewarna dari bahan kimia pada tahun 1960 di Kota Tegal dan Pekalongan oleh Mbah Rukir’at, bahan pewarna tersebut diantaranya soga nila, wedelan hitam, dan soga batang. Hal ini memudahkan para pembatik tulis tangan untuk meningkatkan mutu warna dari batik yang di buat.
Kira-kira tahun 1965 pembatik di wilayah Salem sudah mulai sedikit berkembang walaupun hanya ada beberapa pembatik saja dari setiap dusunnya. Pada tahun 1965 batik salem sudah mulai dikembangkan terbukti dengan munculnya beberapa pembatik yang sebagian besar adalah ibu-ibu rumah tangga yang tinggal di Kampung Parenca Desa Bentarsari seperti Bu Kuswi, Ibu Kus, Ibu Mur, Bu Makmun, Bu Walad, mereka yang mampu membuatkan batik-batik untuk para pejabat pegawai Kecamatan, pegawai Kawedanan, dan untuk para juru tulis walaupun batik yang dihasilkan sangat sederhana motif batik yang dihasilkan adalah batik ukel, sekoteng, uwal – awil, halang lembut, halang badag, halang barong, kopi pecah dan manggar.
Pada tahun 1975 batik salem sudah mulai berkembang terbukti dengan adanya kaum pendatang dari Tasik Jawa Barat yang menjual peralatan batik salah satunya yaitu Bapak Halil yang bertempat di pasar Bentar, ini menunjukan bahwa para pembatik baru pada saat itu sudah bermunculan dan memang untuk bahan batik sangat sulit diperoleh karena letak geografis dan transportasi yang masih sangat tradisional pada saat itu maka, dengan kondisi yang seperti ini berdatangan penjual bahan batik bahan-bahan yang dijual seperti kain mori, Soga nila, dan alat lainnya. Pada saat itu masyarakat belum mengenal pewarna batik sehingga batik yang dihasilkan masih klasik/ tidak berwarna seperti batik ukel, batik Sekoteng dll model warna batik tersebut  hanya mempunyai warna hitam dan putih saja karena soga yang digunakan adalah soga nila cangkudu, soga kulit godog, dan rempah-rempah seperti daun Kamandika dan daun Tarum yang banyak ditanam oleh masyarakat Desa Bentarsari, Desa Bentar.
Pada tahun 1980-an batik salem sudah berkembang sesuai dengan meningkatnya keahlian para pembatik walaupun masih dikategorikan sangat sederhana dan tradisional. Pada saat itu batik-batik di Salem yang diproduksi sudah mampu memenuhi pesanan dari para Pengepul untuk di jual ke wilayah lain.
Pada saat ini dimana arus transportasi, komunikasi yang cukup memadai dan mendukung sehingga para pembatik meningkatkan kualitas dan hasil batiknya mulai dari motif  batik, pewarna, dan bahan-bahan lainnya. Untuk memenuhi pesanan konsumen para pembatik mengembangkan kreatifitasnya dengan membuat motif –motif batik baru yang dirancang sendiri salah satunya oleh Bapak Warwin dan Ibu Ruwidah dari Mitra Batik Desa Bentar motif-motif batik yang dihasilkan yaitu batik mahkota, Bintang melati, teratai, dengan corak warna warni yang bermacam-macam, kuat dan tahan lama walaupun masih ada corak lama atau model yang tradisional.
Dari tahun ke tahun batik salem sedikit berkembang dan dikenal di Kabupaten  Brebes. Pada saat itu batik salem belum dikenal pada tingkat provinsi. Pada tahun 1990 melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Brebes batik salem sudah mulai dikenal dan di minati oleh sebagian masyarakat Brebes pada tingkat masyarakat menengah ke atas karena batik salem bersifat klasik dan asli ditulis tangan.
Pada Bulan Mei tahun 2002 melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Brebes para pembatik salem mendapat bantuan alat, bimbingan, dan pembinaan. Alat yang di berikan yaitu seperti canting, kompor minyak, pegawangan, bak plastik, dan drum untuk melorod batik, juga dengan bimbingan dan pembinaan dengan mendatangkan orang-orang yang sudah professional dalam pegolahan batik. Muali dari teknik membuat motif baru, teknik pewarnaan, dan teknik penyempurnaan kwalitas batik. Setelah mendapatkan pembinaan para pembatik mengembangkan kreatifitasnya dengan membuat motif-motif yang baru seperti motif batik bintang melati, motif batik mahkota, motif batik seruni, teratai dan lain-lain. Juga dengan pewarnaan yang bervariasi dan berkwalitas seperti naptol, sol, frozen dan fremasol. Hal ini menjadikan produk batik tulis tangan salem lebih berkualitas dan bermutu serta warna yang awet dan tahan lama. Seiring dengan perkembangan, kemajuan pembatik sangat pesat tercatat dari tahun 2003 pembatik sudah berjumlah 200 Orang hingga meningkat menjadi 300 orang, dan tak jarang dari mereka menjadi pengepul batik salah satunya yaitu Ibu Ruwidah ( MITRA BATIK ), ibu Julaiha, ibu Kini, ibu sutini, ibu Ratminah.
Pada Bulan April 2004 kembali Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Brebes bersama Bapak Bupati Brebes Bapak Indra Kusuma, S.Sos dan Lembaga lainnya mengadakan pembinaan dan pengarahan sambil memperkenalkan batik cap dan tulis tangan kepada para pembatik di desa Bentar sehingga batik salem dapat menjadi satu kerajinan khas masyarakat Brebes.
Pada tahun 2004 melalui dukungan dan bantuan Bapak Bupati Brebes Bapak Indra Kusuma, S.Sos dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Brebes pemasaran batik tulis tangan dari Salem mengalami kemajuan yang sangat pesat. Terbukti dengan diberlakukanya intruksi Bapak Bupati yag mewajibkan para Pegawai Negeri Sipil harus memakai batik tulis tangan Salem setiap hari Kamis. Sehingga batik tulis tangan semakin dikenal di seluruh masyarakat Kab. Brebes.
Pada Bulan Juni tahun 2005 melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Brebes Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Tengah ( DEPERINDAG JATENG ) di Semarang, Simpang Lima. Batik salem sudah dikenal dan diakui di tingkat Nasional terbukti dengan diikutsertakannya batik salem dalam pameran – pameran tingkat Nasional dan pameran-pameran yang pernah diikuti antar lain Pameran Batik tulis yang bertempat di Ujung Pandang Sulawesi Selatan, Jakarta, alun-alun Salatiga, di DEPERINDAG JATENG Semarang simpang lima, di mall matahari semarang. Hingga pada tanggal 1 September 2007 Mitra Batik Ibu Warwin mendapat undangan kembali Dari Wali kota Pekalongan pada acara Pembukaan Pekan Batik Internasional tahun 2007 dan silaturahmi saudagar batik Pekalongan yang dihadiri oleh Wakil Presiden Republik Indonesia , pada tanggal 11 Agustus 2007 melalui Dinas Perdagangan Provinsi Jawa Tangah kembali Mitra Batik Ibu Warwin Sunardi mendapat undangan pameran Lomba Rancang Busana Batik dan Tenun Jawa Tengah dalam rangka Hari Jadi Provinsi Jawa Tengah ke-57 dan Semarang Pesona Asia ( SPA ) 2007, pada tanggal 14 Juli 2007 melalui DEPERINDAG Kab. Brebes Mitra Batik Ibu Warwin Sunardi mendapat undangan untuk mengikuti kegiatan Pameran Pekan Kesenian Bali 2007 (termasuk batik salem) di Artha Chandra Art Center Denpasar – Bali selama satu Bulan. Dan pada bulan Agustus sebagai perwakilan dari Kab. Brebes untuk menghadiri pameran batik se- Indonesia yang bertempat di Batam, namun kami tidak bisa menghadirinya dikarenakan adanya beberapa halangan yaitu kekurangan dana. Pada tanggal 29 Januari 2008 Mitra Batik mendapat undangan untuk pameran di Semarang yang diadakan oleh Paguyuban pecinta Batik Indonesia Bokor Kencono Semarang selama satu minggu yang bertempat di Mall Matahari Semarang.
Dan sekarang sebagai penerus perjuangan keluarga warisan ini mulai diturunkan pada anak – anak pengembang dari Mitra Batik diantaranya adalah sebagai penjual batik di daerah kota semarang dan purwokerto hal ini dilakukan agar batik khas Brebes itu dapat meresap dan dikenal baik oleh tingkat jawa tengah maupun nasional.
Harapan saya sebagai generasi penerus batik ( Mitra Batik ) ada banyak penampung batik saya agar batik Salem ini menjadi maju dan banyak yang suka membelinya dan harapan saya yang terakhir adanya hubungan Pemerintahan dengan pengusaha kecil ini agar mendapat perhatian baik dukungan dana maupun dukungan untuk hak cipta kreasi batik anak nasional.
Akhirnya kami berharap batik salem dapat menjadi salah satu kerajinan khas warga Kabupaten Brebes yang dapat membawa nama baik Brebes di tingkat Propinsi, Nasional dan Internasional. Tak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Bupati Brebes Bapak Indra Kusuma S.Sos dan DEPERINDAG Kab. Brebes atas pembinaan yang telah dilakukan pada para pembatik di salem
 2.      Pentingnya budaya batik nasional
Selembar kain batik mampu bicara banyak. Ia mewakili sebuah perjalanan masa, membicarakan perpaduan berbagai budaya, juga perjalanan dari sebuah kekuasaan.
Jakarta, Kompas, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Andi Mattalata meluncurkan tanda batik atau batik mark “Batik Indonesia” saat pembukaan Gelar Batik Nusantara yang diselenggarakan oleh Yayasan Batik Indonesia di Jakarta Convention Centre, Rabu (19/9).
Dalam acara yang dibuka Ny. Ani Yudhoyono tersebut, Andi menyebutkan pemberian tanda batik dimaksudkan untuk melestarikan batik Indonesia dan melindunginya secara hukum dari pemanfaatan oleh pihak lain di dalam mupun luar negeri, memperkenalkan identitas batik Idnonesia ke pasar dunia, serta meningkatkan kepercayaan dan apresiasi masyarakat terhadap batik Indonesia.
Tanda batik ini digagas bersama antara Departemen Perindustrian, Depkum dan HAM, Yayasan Batik Idnonesia, para pengusaha dan seniman batik. Langkah ini merupakanupaya untuk melindungi bataik Indonesia di tengah persaingan pasar globat, antara lain dari negera tetangga malasyia yang gencar mempromosikan  batik sebagai warisan budaya negara itu.
Walaupun batik sebagai teknik membentuk ragam hias dengan menggunakna perintang warna dari malam bukan asli Indonesia. Indonesia  adlaah negara yang paling maju mengembangkannya.
Tanda batik ini akan diberikan utuk batik tulis, batik cap dan kombinasi keduanya. Sertifikat tanda batik akan dikeluarkan Balai Bear Kerajinan danBatik (BBKB) diYogyakarta setelah melalui pengujian.
SEJAK Kamis (12/05) PNS Pemprov Jateng tampil beda dalam pakaian dinas harian. Jika pada hari-hari biasa mengenakan seragam warna keki maupun hijau hansip, sejak itu setiap Kamis mengenakan batik dan lurik. Kebijakan pemakaian batik dan lurik khas Jateng ditetapkan gubernur melalui surat edaran 18 April 2005 No 025/05924 dan surat edaran 21 April 2005. Waktu penggunaan pakaian khusus hari Kamis diujicobakan selama tiga bulan sampai dengan tanggal 11 Agustus 2005.
Sebagai salah satu PNS saya sangat salut dan mendukung adanya kebijaksanaan gubernur yang sangat strategis tersebut, karena pertama; dalam skala internasional terjadi embargo atas produksi tekstil Indonesia sehingga berakibat seperti Texmaco dan lainnya harus gulung tikar, kalaupun masih bertahan dengan kondisi memprihatinkan, hidup segan mati tak mau.
Oleh karenanya perlu diciptakan iklim yang kondusif sehingga pabrik tekstil yang hidupnya Senin-Kamis dapat bertahan dengan pangsa pasar dalam negeri (Jateng). Dalam era globalisasi yang penuh persaingan kita dituntut untuk selalu cinta dan bangga produk dalam negeri walaupun untuk itu kadang harus dibayar dengan nilai rupiah yang lebih mahal dibanding produk yang sama dari luar negeri. Semangat “aku cinta produksi dalam negeri” perlu terus digelorakan. Kebanggaan bangsa.
Kedua; batik dan lurik merupakan hasil budaya bangsa Indonesia yang sudah tidak ada sejak lama dan bertahan hingga sekarang dengan berbagai ragam motif. Kita mengenal motif batik Asmat Irian Papua, Sasirangan di Kalimantan (Selatan), atau batik Cirebonan, batik Solo, Banyumasan maupun batik Brebes yang memiliki ciri khas masing-masing.
Ketiga; seragam pakaian dinas PNS Pemprov Jateng yang berlaku saat ini adalah seragam warna keki (cokelat muda), seragam Hansip dan Korpri. Ketiga seragam tersebut merupakan atribut yang dapat menimbulkan berbagai kesan baik positif maupun negatif.
Pakaian seragam dinas maupun Korpri bagi sesama PNS merupakan atribut jiwa korsa (semangat kebersamaan) sebagai abdi negara dan abdi masyarakat. Di sisi lain penggunaan seragam dinas tersebut juga dapat menimbulkan persepsi lain bagi kalangan tertentu. Seorang PNS yang karena tugasnya berhubungan dengan perusahaan, pada saat menjalankan tugas oleh satpam sudah dipersulit, dianggap akan minta sumbangan atau “macam-macam”.
Lain halnya bila PNS datang ke perusahaan berpakaian “oke” layaknya seorang pengusaha, sambutan satpam, supervisor, manajer, semua welcome.
Contoh lain dengan mempergunakan atribut PNS saat bertemu dengan “kalangan tertentu” sudah ada kesan mereka ragu, tertutup, dan sebagainya. Akibatnya jarang terjadi adanya komunikasi dan dialog interaktif yang transparan apalagi untuk menyampaikan aspirasi.
PNS dianggap “pangreh praja” dengan jubah kebesarannya, lebih-lebih dengan overacting yang sangat atraktif tapi kurang simpati dalam menangani masalah sosial di sekitar kita.
Keempat; industri kerajinan rumah batik dan lurik dalam masa krisis terbukti masih eksis walaupun jatuh-bangun tetapi tidak kolaps. Industri skala kecil dan gurem inilah yang ternyata mampu mengembangkan sayapnya sampai ke berbagai penjuru dunia.
Kelima; bagi masyarakat dan khususnya bagi PNS memakai pakaian batik dan lurik bukan merupakan hal asing. Dalam berbagai peristiwa nonformal kedinasan, lebih-lebih dalam acara resepsi perkawinan dan sebagainya, penggunaan pakaian batik/lurik oleh masyarakat (baca: PNS) mendominasi ruangan. Itu berarti bahwa batik/lurik menjadi favorit kita semua.
Dalam situasi yang masih sulit seperti sekarang ini, rasanya tidak ada PNS yang akan demo menuntut dibelikan pakaian batik dan lurik kepada gubernur. Karena pada umumnya PNS telah memiliki lebih dari satu pakaian batik atau lurik. Namun demikian apabila berdasarkan hasil evaluasi tim batik/lurik bahwa pemakaian batik/lurik sebagai pakaian kerja PNS perlu dilanjutkan (setelah masa uji coba 3 bulan) dan gubernur akan memberi batik/lurik secara gratis, pasti PNS tidak akan menolak. Beberapa hal yang menjadi catatan dan kiranya perlu menjadi renungan dan usulan bahwa, pertama, perlu adanya komitmen yang tinggi untuk bersama-sama meningkatkan produktivitas kerja melalui pemakaian batik/lurik, baik di kalangan PNS, perajin/pengusaha batik/lurik, maupun pihak-pihak yang berkompeten.
Kedua, pelaksanaan evaluasi oleh “Tim Evaluasi Batik/Lurik PNS” kiranya perlu mengkaji dari beberapa aspek sehingga kebijaksanaan gubernur seperti tersebut di atas perlu direspons positif dalam upaya kebanggaan akan produksi dalam negeri, melestarikan budaya daerah khususnya batik dan lurik.
Ketiga, meningkatkan mutu kehidupan pengrajin/pengusaha kecil batik dan lurik sehingga membuka lapangan kerja baru serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan produktivitas tenaga kerja.
Keempat, penggunaan pakaian batik/lurik sebagai pakaian kerja PNS bukan hanya kebijakan yang hanya sesaat saja, sehingga kebijaksanaan tersebut gampang diganti/tidak diperlakukan lagi. Hal ini akan membawa dampak bagi tingkat kepercayaan staf terhadap kebijaksanaan gubernur. Di sisi lain akan dapat mengurangi kredibilitas gubernur.
Kelima, kiranya perlu menyikapi secara arif dan bijaksana bila memungkinkan melalui APBD Jateng dialokaskan anggaran pakaian batik/lurik bagi PNS dengan variasi pilihan alternatif (tidak perlu seragam seperti batik Korpri) dan lebih mendorong para pengrajin/pengusaha kecil batik/lurik meningkatkan kualitas produknya melalui pelatihan-pelatihan maupun bantuan modal usaha/mengupayakan kredit lunak perbankan dengan berbagai kemudahan.
Kinerja seorang PNS memang bukan diukur semata dari penampilan busana kerja yang dikenakannya, akan tetapi busana kerja yang dikenakan akan mempengaruhi kinerja dan reputasi kerja seorang PNS. Selamat berbatik, berlurik, dan tampil menarik. (11)
JAKARTA, JUMAT. Batik termasuk ke dalam warisan budaya tak benda. Artinya, aspek yang dinilai bukanlah pada keindahan fisik batik, melainkan lebih pada makna filosofis di balik batik itu sendiri.
Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Koordinasi Kesejahteraan Rakyat, Aburizal Bakrie, dalam acara Deklarasi Pembentukan Forum Masyarakat Batik Indonesia (Forum Masbatik), Jumat (22/8) di Jakarta. Aburizal hadir sebagai salah satu wakil pemerintah yang ikut menandatangani Pembentukan Forum Masbatik.
Forum Masbatik merupakan sebuah wadah komunikasi dan kerjasama antara lembaga pemerintah, non pemerintah, serta perseorangan, yang bertindak sebagai pemangku kepentingan yang terlibat dalam budaya batik di Indonesia. Forum Masbatik diharapkan dapat menjadi koordinator seluruh masyarakat batik di Indonesia. "Generasi penerus bangsa berkewajiban melestarikan batik sebagai warisan budaya tak benda," ujar Aburizal Bakrie.
Aburizal Bakrie menambahkan, ada banyak makna filosofis yang dikandung batik. Batik memiliki fungsi simbolis, mencerminkan status sosial, serta menggambarkan perkembangan sejarah. "Misalnya, hampir sebagian besar upacara adat Indonesia menggunakan batik. Upacaratapak tanah , upacara pernikahan, serta penguburan jenazah selalu menggunakan kain batik," ucap Aburizal Bakrie.
Menurut Konvensi 2003 UNESCO tentang Perlindungan Warisan Budaya Tak Benda, ada satu kewajiban untuk mendirikan satu atau lebih lembaga yang kompeten untuk melindungi warisan budaya tak benda dengan melibatkan komunitas, kelompok, dan perseorangan. Atas dasar inilah Forum Masbatik dibentuk.

  1. Batik Tulis
Batik yang proses pembuatannya pake canting di tulis dan di gambar satu persatu,batik tulis pun di bagi dua; tulis halus dan biasa ,tergantung bahan tempat para pembatik itu menggambar, kalau sutra bisa jutaan,organdi maksimal 500 ribu.
Batik tulis adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik menggunakan tangan. Pembuatan batik jenis ini memakan waktu kurang lebih 2-3 bulan.
Batik tulis dilakukan secara manual dengan  tangan saat melukiskan motif-motif batik dengan menggunakan alat yang disebut cating. Bahan kain untuk batik biasanya berasal dari kain sutra atau katun, primis, primis A4 dll dengan kualitas yang baik. Oleh karena itu batik tulis mempunyai harga jual yang cukup mahal dibandingkan dengan batik yang lain.

E.     Tips Merawat Batik
Batik memang sedang tren. Namun, bisa jadi belum banyak orang yang mengetahui cara merawat pakaian batik agar warnanya tetap awet. Berikut ini sejumlah cara alternatif merawat batik kesayangan.
1. Saat mencucinya, gunakan sabun pencuci khusus untuk kain batik yang banyak dijual di pasaran.
2. Atau, cuci kain batik dengan shampo rambut. Sebelumnya, larutkan shampo   di air sampai tak ada bagian yang mengental. Lalu, celupkan kain batik.
3. Mencuci batik juga bisa dengan menggunakan buah lerak atau daun tanaman dilem yang sudah diredam air hangat. Caranya, remas-remas buah lerak atau daun dilem sampai mengeluarkan busa, lalu tambahkan air secukupnya, dan siap untuk mencuci batik. Aroma buah lerak mampu mencegah munculnya hewan kecil yang bisa merusak kain.
4. Saat mencuci batik, jangan pakai deterjen dan jangan digosok. Jika batik tak terlalu kotor, cukup rendam di air hangat. Tapi jika benar-benar kotor, misalnya terkena noda makanan, bisa dihilangkan dengan sabun mandi atau kulit jeruk. Caranya, cukup dengan mengusapkan sabun mandi atau kulit jeruk di bagian yang kotor tadi.
5. Sebaiknya, jangan mencuci batik dengan mesin cuci.
6. Saat akan menjemurnya, batik yang basah tak perlu diperas. Dan jangan menjemurnya langsung di bawah sinar matahari. Jemurlah di tempat teduh atau diangin-anginkan hingga kering.
7. Saat menjemurnya, tarik bagian tepi batik secara perlahan agar serat yang terlipat kembali ke posisi semula.
8. Jika sudah dijemur, hindari menyetrika batik secara langsung. Jika batik tampak sangat kusut, semprotkan sedikit air di atas kain batik lalu letakan sehelai alas kain di atasnya, baru diseterika.
9. Bila Anda ingin memberi pewangi atau pelembut kain pada batik tulis, jangan semprotkan langsung pada kainnya. Sebaiknya, tutupi dulu batik tulis dengan koran, lalu semprotkan cairan pewangi dan pelembut kain tadi di atas koran.
10. Jangan semprotkan parfum atau minyak wangi langsung ke kain batik, terutama batik sutera dengan pewarna alami.
11. Simpan batik kesayangan Anda dalam plastik agar tak dimakan ngengat. Saat disimpan dalam lemari jangan diberi kapur barus, karena zat padat ini sangat keras dan bisa merusak batik.
12. Cara lain agar batik tak dimakan ngengat, beri sedikit merica yang dibungkus tisu di lemari tempat menyimpan batik. Atau, letakkan akar wangi yang sudah dua kali melalu proses pencelupan dalam air panas dan dijemur hingga kering
Tips Merawat Kain Batik Berbahan Serat
Batik merupakan salah satu warisan budaya yang tak ternilai. Kini bahan batik tidak hanya menggunakan kain mori saja, melainkan juga dari katun, serat ulat sutera, serat nanas, dan lainnya. Untuk perawatan batik tulis, khususnya batik tulis dari bahan serat alam, perlu dicermati agar batik tetap awet, tahan lama, warna tidak pudar dan tetap tampak indah.
Menurut pengusaha batik KRT Daud Wiryo Hadinagoro, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
- Pada saat mencuci batik jangan digosok. Jangan pakai deterjen. Kalau batik tidak kotor cukup dicuci dengan air hangat. Sedangkan, kalau kotor, misalnya terkena noda makanan, bisa dihilangkan dengan sabun mandi atau bila kotor sekali, seperti terkena buangan knalpot, noda bisa dihilangkan dengan kulit jeruk dengan mengusapkan sabun atau kulit jeruk pada bagian yang kotor.
- Setelah kotoran hilang, jemur di tempat teduh. Tak perlu memeras kain batik sebelum menjemurnya. Namun, pada saat menjemur, bagian tepi kain agak ditarik pelan-pelan supaya serat yang terlipat kembali seperti semula.
- Sebaiknya hindari penyeterikaan. Kalaupun terlalu kusut, semprotkan air di atas kain kemudian letakkan sebuah alas kain di bagian atas batik itu baru diseterika. Jadi, yang diseterika adalah kain lain yang ditaruh di atas kain batik.
- Disarankan untuk menyimpan batik dalam plastik agar tidak dimakan ngengat. Jangan diberi kapur barus, karena zat padat ini terlalu keras sehingga bisa merusak batik. Sebaiknya, almari tempat menyimpan batik diberi merica yang dibungkus dengan tisu untuk mengusir ngengat. Alternatif lain menggunakan akar wangi yang sebelumnya dicelup dulu ke dalam air panas, kemudian dijemur, lalu dicelup sekali lagi ke dalam air panas dan dijemur. Setelah akar wangi kering, baru digunakan.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar